Jumat, 15 November 2019

Pancasila dan Peran Walisongo

Nama : Widiawati Kholifa
Nim    :3420190060
Kelas : PMTK B 2019 UNUGIRI Bojonegoro
Matkul : Pendidikan Pancasila

Implementasi Pancasila Dengan
Kegiatan Ziarah Kubur Di Beberapa Pemakaman Ulama’ Di Tuban Jawa Timur Pada Kamis, 7 November 2019

Ziarah kubur merupakan salah satu cara kita mengingat kembali perjuangna tokoh-tokoh yang telah gugur mendahului kita. Adanya negara seperti sekarang ini, adalah bukti nyata dari pengorbanan dan perjaunagan para tokoh terdahulu. Pun tak luput dari pengorbanan para tokoh agama, khususnya agama Islam yang saat ini menjadi agama mayoritas masyarakat Indonesia.

Seperti yang kita ketahui bersama, Islam masuk di Indonesia pada abad ke 12 dibawa oleh pedagang dari Arab yang berlabuh di Samudra Pasai. Meskipun Islam telah datang pada abad ke 12, namun keberadaan Islam baru dapt diterima oleh masyarakat Indonesia khususnya Jawa pada abad ke-14. Di mana pada abad itulah masa puncak kejayaan para wali Sembilan (walisongo) yang berdakwah dengan melalui pendekatan yang toleran dan menjunjung tinggi kesatuan, persatuan, dan perdamaian.

Lalu apakah ada keterkaitan antara historis lahirnya pancasila dengan ajaran/nilai-nilai yang dibawa oleh walisongo?. Maka jawabannya adalah IYA. Karena hakikat lahirnya pancasila bukan hanya buah pemikiran dari kejayaan Nusantara kuno (Majapahit dan Sriwijaya) saja. Namun, disana juga ada campur tangan walisongo pula. Berikut beberapa ajaran walisongo yang berkaitan dengan lahirnya pancasila dan nilai-nilai yang terkandung di dalamanya:

1. Walisongo menjunjung tinggi toleransi atau sikap saling menghargai antar sesame manusia, dengan tidak memaksa masyarakat memeluk agama Islam melalui ancaman dan kekerasan. Berdirinya kerajaan Demak di tengah-tengah Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit. Di mana Syaikh Jumadil Kubro, MAULANA Mlaik Ibrahim dan Sunan Ampel berkomunikasi baik dengan Sriwijaya dan Majapahit. Hal tersebut adalah salah satu wujud kehidupan dan bertoleransi dari waliyullah terdahulu. Ada juga Sunan Bonang yang berdakwah dengan menggunakan kesennian gong sebagai daya tarik masyarakat. Di mana gong dan tembangtembang Jawa adalah salah satu warisan dari budaya leluhur mereka khususnya peninggalanagama Hindu dan Budha. Lalu, ada Sunan Kudus yang mengajarkan menghormati umat Hindu dengan cara melarang menyembelih sapi.

2. Sikap persatuan dan kesatuan serta bermusyawarah untuk mencapai mufakat dan menegakkan keadilan. Sikap persatuan dan kesatuan terjadi ketika Raden Patah meminta restu menyerang Majapahit kepada Sunan Ampel, maka Sunnn Ampel tegas melarangnya. Karena per8satuan dan kesatuan itu penting. Sikap bermusyawarah terjadi ketika membentuk Dewan Wali dan Kerajaan Demak. Semua walisongo berkumpul untuk musyawarah menentukan raja, membangun masjid, dan mennetukan seni wayang sebagai media dakwah. Menegakkan keadilan dapat dilihat dalam sidang Syaikh Siti Jenar.

3. Adanya sikap saling  gotong royong, kekeluargaan, jiwa sosial yang tnggi, serta menjunjung rasa kemanusiaan yang adil dan beradab. Terlihat pad ajran Sunan Drajat yang sampai saat ini masih sering kita dengat : “Wenehono teken marang wong kang wutho ( berikanlah tongkat pada orang buta), wenehonopangan marang wong kang kaluwe (Berikanlah makanan pada orang kelaparang), wenwhono sandang marang wong kang kawudo ( berikanlah pakaian kepada orang telanjang), wenehono payung marang wong kang kawudan (berikanlah tempat berteduh kepada orang yang kehujanan). Ada juga ajaran moh limo dari Sunan Ampel: moh mabuk, moh main, moh madon, moh maling, moh madat yang dijadikan suber filasafat pancasila yang kala itu Raja Majapahit memerintah Sunan Ampel untuk memperbaiki akhlak masyarakat yang rusak dan terjadi kerusuhan dimana-mana.

4. Memperbaiki ekonomi masyarakat dan meminimalisirkesenjangan sosial guna menciptakan nasyarakat sejahtera. Terlihat pada Sunan Maulana Malik Ibrahim yang berdakwah sambil mengajarkan cocok tanam. Sunan Kalijaga yang mengambil harta orang kaya serakah untuk diberikan kepada kaum miskin. Sunan Muria yang mengajarkan cara bercocok tanam, jual beli, dan melaut kepada rakyat di daerah terpencil.